24.3 C
Magelang
Sunday, 10 December 2023

Jigsaw Tingkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Matematika

Oleh: Irfandi, S.Pd.SD.,M.Pd

RADARSEMARANG.ID, MODEL pembelajaran di kelas yang semula hanya konvensional sekarang sudah tidak sesuai lagi. Perubahan paradigma pendidikan yang semula teacher centre sudah berubah menjadi student centre. Namun hal tersebut di atas belum sepenuhnya dilaksanakan oleh guru pada saat menyampaikan pembelajaran, karena guru masih sering memfungsikan dirinya sebagai teacher centre.

Hal tersebut masih sering terjadi dalam pemebelajaran matematika di kelas V SD Negeri 02 Bulakpelem Kec. Sragi Kab.Pekalongan, sehingga peserta didik cenderung bosan karena lebih banyak mendengar daripada bekerja.

Itulah yang menyebabkan prestasi peserta didik pada mata pelajaran matematika banyak yang belum mencapai KKM. Dengan demikian guru harus lebih kreatif menciptakan suasana pembelajaran yang menarik sehingga disukai oleh peserta didik.

Menurut Wardani (2002) model pembelajaran Jigsaw adalah model pembelajaran
yang mendorong siswa beraktivitas saling membantu dalam menguasai mata pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Aronson (1997) model pembelajaran Jigsaw menyangkut kerjasama dan saling ketergantungan antara siswa.

Langkah-langkah dalam penggunaan strategi pembelajaran Jigsaw adalah sebagai berikut: Siswa membagi diri menjadi beberapa kelompok dalam satu kelas, dengan setiap kelompok terdiri dari 4 – 6 siswa dengan kemampuan yang berbeda. Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

Setiap siswa diberi tugas mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli.

Dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal. Misal suatu kelas dengan jumlah 20 siswa dan materi pembelajaran yang akan dicapai sesuai dengan tujuan pembelajarannya terdiri dari 4 bagian materi pembelajaran, maka dari 20 siswa akan terdapat 5 kelompok asal yang terdiri dari 4 siswa dan 4 kelompok ahli yang beranggotakan 5 siswa.

Setiap anggota kelompok ahli akan kembali ke kelompok asal memberikan informasi yang telah diperoleh atau dipelajari dalam kelompok ahli. Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal, selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat menyampaikan persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan.

Siswa mengerjakan soal atau latihan secara individual yang telah diberikan guru, untuk dikerjakan sendiri-sendiri tanpa bantuan orang lain. Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian materi pembelajaran. Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan Jigsaw untuk belajar materi baru maka perlu dipersiapkan suatu tuntunan dan isi materi yang runtut serta cukup sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Setrategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan pendekatan pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dan dapat menciptakan keberhasilan antar peserta didik, sehingga sumber belajar bagi peserta didik bukan hanya guru dan buku diktat tetapi juga semua siswa.

Dengan demikian penerapan strategi Jigsaw sangat tepat untuk melatih peserta didik
bertanggung jawab lebih besar dalam melaksanakan pembelajaran. Guru hanya sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran karena tujuan dari Jigsaw ini adalah untuk mengembangkan kerja tim, ketrampilan belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh apabila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi sendirian. (bk2/zal)

Guru SDN 02 Bulakpelem, Kab. Pekalongan

RADARSEMARANG.ID, MODEL pembelajaran di kelas yang semula hanya konvensional sekarang sudah tidak sesuai lagi. Perubahan paradigma pendidikan yang semula teacher centre sudah berubah menjadi student centre. Namun hal tersebut di atas belum sepenuhnya dilaksanakan oleh guru pada saat menyampaikan pembelajaran, karena guru masih sering memfungsikan dirinya sebagai teacher centre.

Hal tersebut masih sering terjadi dalam pemebelajaran matematika di kelas V SD Negeri 02 Bulakpelem Kec. Sragi Kab.Pekalongan, sehingga peserta didik cenderung bosan karena lebih banyak mendengar daripada bekerja.

Itulah yang menyebabkan prestasi peserta didik pada mata pelajaran matematika banyak yang belum mencapai KKM. Dengan demikian guru harus lebih kreatif menciptakan suasana pembelajaran yang menarik sehingga disukai oleh peserta didik.

Menurut Wardani (2002) model pembelajaran Jigsaw adalah model pembelajaran
yang mendorong siswa beraktivitas saling membantu dalam menguasai mata pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Aronson (1997) model pembelajaran Jigsaw menyangkut kerjasama dan saling ketergantungan antara siswa.

Langkah-langkah dalam penggunaan strategi pembelajaran Jigsaw adalah sebagai berikut: Siswa membagi diri menjadi beberapa kelompok dalam satu kelas, dengan setiap kelompok terdiri dari 4 – 6 siswa dengan kemampuan yang berbeda. Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

Setiap siswa diberi tugas mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli.

Dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal. Misal suatu kelas dengan jumlah 20 siswa dan materi pembelajaran yang akan dicapai sesuai dengan tujuan pembelajarannya terdiri dari 4 bagian materi pembelajaran, maka dari 20 siswa akan terdapat 5 kelompok asal yang terdiri dari 4 siswa dan 4 kelompok ahli yang beranggotakan 5 siswa.

Setiap anggota kelompok ahli akan kembali ke kelompok asal memberikan informasi yang telah diperoleh atau dipelajari dalam kelompok ahli. Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal, selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat menyampaikan persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan.

Siswa mengerjakan soal atau latihan secara individual yang telah diberikan guru, untuk dikerjakan sendiri-sendiri tanpa bantuan orang lain. Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian materi pembelajaran. Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan Jigsaw untuk belajar materi baru maka perlu dipersiapkan suatu tuntunan dan isi materi yang runtut serta cukup sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Setrategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan pendekatan pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dan dapat menciptakan keberhasilan antar peserta didik, sehingga sumber belajar bagi peserta didik bukan hanya guru dan buku diktat tetapi juga semua siswa.

Dengan demikian penerapan strategi Jigsaw sangat tepat untuk melatih peserta didik
bertanggung jawab lebih besar dalam melaksanakan pembelajaran. Guru hanya sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran karena tujuan dari Jigsaw ini adalah untuk mengembangkan kerja tim, ketrampilan belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh apabila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi sendirian. (bk2/zal)

Guru SDN 02 Bulakpelem, Kab. Pekalongan

Artikel Terkait

POPULER

TERBARU

Enable Notifications OK No thanks