22.9 C
Magelang
Saturday, 9 December 2023

Kasus Kekerasan Anak Didominasi Perempuan, Maksimalkan Peran Forkos

RADARMAGELANG.COM, Wonosobo – Jumlah kekerasan pada anak di Kabupaten Wonosobo alami peningkatan dalam dua tahun ke belakang. Dari meningkatnya kasus tersebut, anak perempuan paling rentan terhadap perilaku kekerasan.

Hasil ini disampaikan Kepala Dinas Pengendalian Keluarga Berencana Perlindungan Perempuan dan Anak (DPKBPPPA) Kabupaten Wonosobo, Dyah Retno Nurhidayat usai menggelar acara internalisasi pengasuhan balita untuk mencegah stunting, Rabu (21/6).

Ia menyebut pada dua tahun terakhir angka kekerasan pada anak mengalami peningkatan. Meskipun di tahun 2023 ini angkanya mengalami penurunan.  Pada tahun 2021, jumlah kasus kekerasan sebanyak 27, didominasi oleh anak perempuan, 25 kasus. Sedangkan di tahun 2022 meningkat, dengan total 37 kasus kekerasan. Dari data tersebut, jumlah korban perempuan 34 kasus.

“Kita akui pemantauan terhadap anak ini perlu. Karena indikator kekerasan itu beragam salah satunya kekerasan berupa bullying,” ucapnya.

Namun justru tahun 2023 ini akan mengalami penurunan. Sebab jika dilihat peta sebaran kasus kekerasan sampai di bulan Juni tercatat hanya 4 kasus. Meliputi kekerasan pada korban laki-laki 1 kasus, dan 3 sisanya korban perempuan.

Dengan melihat hasil tersebut, pihaknya berusaha menekan angka tersebut. Pemerintah mengandalkan Forum Anak Kabupaten Wonosobo (Forkos) sebagai wadah pemberdayaan. “Kita punya Forkos sebagai wadah untuk memberdayakan perlindungan terhadap anak. Karena tahun-tahun sebelumnya angka kekerasan pada anak naik turun,” katanya.

Di antara bentuk perhatian terhadap anak, Dyah mengaku telah lakukan koordinasi dengan lembaga pendidikan di Wonosobo. Pasalnya, kekerasan yang bersifat bullying kerap terjadi di sekolah.

“Kita sudah sampaikan ke sekolah-sekolah agar mengawasi anak-anak supaya terhindar dari segala bentuk kekerasan. Utamanya yang sering terjadi di sekolah itu bullying,” ungkapnya.

Pihaknya berharap, dengan adanya Forkos dapat membangun komunikasi intens dengan sekolah, keluarga, dan khususnya dengan anak.

“Kemarin kita ada workshop tentang Forkos. Di forum itu tidak hanya edukasi pengasuhan keluarga pada anak, tapi anak-anak juga dibekali bagaimana cara pasang tameng ketika alami kekerasan,” pungkasnya. (git/lis)

RADARMAGELANG.COM, Wonosobo – Jumlah kekerasan pada anak di Kabupaten Wonosobo alami peningkatan dalam dua tahun ke belakang. Dari meningkatnya kasus tersebut, anak perempuan paling rentan terhadap perilaku kekerasan.

Hasil ini disampaikan Kepala Dinas Pengendalian Keluarga Berencana Perlindungan Perempuan dan Anak (DPKBPPPA) Kabupaten Wonosobo, Dyah Retno Nurhidayat usai menggelar acara internalisasi pengasuhan balita untuk mencegah stunting, Rabu (21/6).

Ia menyebut pada dua tahun terakhir angka kekerasan pada anak mengalami peningkatan. Meskipun di tahun 2023 ini angkanya mengalami penurunan.  Pada tahun 2021, jumlah kasus kekerasan sebanyak 27, didominasi oleh anak perempuan, 25 kasus. Sedangkan di tahun 2022 meningkat, dengan total 37 kasus kekerasan. Dari data tersebut, jumlah korban perempuan 34 kasus.

“Kita akui pemantauan terhadap anak ini perlu. Karena indikator kekerasan itu beragam salah satunya kekerasan berupa bullying,” ucapnya.

Namun justru tahun 2023 ini akan mengalami penurunan. Sebab jika dilihat peta sebaran kasus kekerasan sampai di bulan Juni tercatat hanya 4 kasus. Meliputi kekerasan pada korban laki-laki 1 kasus, dan 3 sisanya korban perempuan.

Dengan melihat hasil tersebut, pihaknya berusaha menekan angka tersebut. Pemerintah mengandalkan Forum Anak Kabupaten Wonosobo (Forkos) sebagai wadah pemberdayaan. “Kita punya Forkos sebagai wadah untuk memberdayakan perlindungan terhadap anak. Karena tahun-tahun sebelumnya angka kekerasan pada anak naik turun,” katanya.

Di antara bentuk perhatian terhadap anak, Dyah mengaku telah lakukan koordinasi dengan lembaga pendidikan di Wonosobo. Pasalnya, kekerasan yang bersifat bullying kerap terjadi di sekolah.

“Kita sudah sampaikan ke sekolah-sekolah agar mengawasi anak-anak supaya terhindar dari segala bentuk kekerasan. Utamanya yang sering terjadi di sekolah itu bullying,” ungkapnya.

Pihaknya berharap, dengan adanya Forkos dapat membangun komunikasi intens dengan sekolah, keluarga, dan khususnya dengan anak.

“Kemarin kita ada workshop tentang Forkos. Di forum itu tidak hanya edukasi pengasuhan keluarga pada anak, tapi anak-anak juga dibekali bagaimana cara pasang tameng ketika alami kekerasan,” pungkasnya. (git/lis)

Artikel Terkait

POPULER

TERBARU

Enable Notifications OK No thanks