23.2 C
Magelang
Saturday, 9 December 2023

Warga Candiyasan Demo Protes Galian C, Minta Alat Berat Dipindah

RADARMAGELANG.ID, Wonosobo – Ratusan warga Desa Candiyasan dan Kapencar, Kecamatan Kertek, Kabupaten Wonosobo turun ke jalan. Mereka menolak tambang galian C ilegal. Warga desa menuntut agar alat berat backhoe yang berada di lahan galian dibawa pergi.

Hingga berita ini ditulis, demonstrasi masih berlangsung. Sembari berteriak, warga terdiri dari laki-laki dan perempuan melakukan aksi tersebut. Mereka hanya meminta agar alat berat segera dipindah dari lokasi itu.

“Bakchoe mudhun, backhoe mudhun,” teriak warga sembari melakukan aksi blokade jalan raya Kretek-Temanggung.

Sejak pukul 08.00 warga berkumpul di Dusun Kabelukan. Mereka berbaris melakukan blokade jalan untuk menuntut agar aksinya dengarkan. “Kita siap membuka jalan asal alat berat itu bisa pergi dari lahan,” tegas salah satu warga Candiyasan, Muh Yasin saat diskusi bersama kepolisian.

Akibat blokade jalan itu, warga sempat bersitegang antara kepolisian. Sebab arus lalu lintas di jalan tersebut menjadi tersendat dari kedua arah. Namun warga tetap keukeuh dan gigih untuk tidak membuka blokade sampai alat berat itu pergi.

“Kita tidak mau dan tidak akan pulang pulang sebelum bego belum turun,” jelasnya.

Muhyasin mengatakan keinginan warga hanya satu. Yakni meminta alat berat di lokasi galian C, pergi. Jika hal tersebut dilakukan, warga berjanji akan kembali beraktivitas seperti biasa.

Keinginan Yasin beralasan. Sebab, dengan adanya alat berat di lokasi galian C mengancam kehidupan warga beberapa dusun yang berada di bawah persis lahan galian. Setidaknya ada Dusun Kabelukan, Jurang Jero, Banjaran, Grenjeng di Desa Candiyasan, serta Dusun Sontonayan di Desa Kapencar.

“Kalau ada hujan, desa kita yang pasti terkena dampak. Karena air yang turun tidak ada penahan. Kita khawatir akan terjadi banjir di desa kita,” ungkapnya.

Selain itu, titik galian itu dianggap warga sebagai pusat resapan air. Beberapa sumber air di beberapa dusun yang berada di bawah lokasi penggalian itu dikhawatirkan akan mati jika galian C ada di sekitar itu.

“Jika daerah resapan air itu digali, kita khawatir ada sekitar 10 lebih sumber mata air di wialayah kita akan mati,” jelasnya.

Oleh karena itu, dengan kesadaran bersama warga di wilayah tersebut menggelar demontrasi. Diharapkan adanya aksi ini bisa menjadi yang terakhir kalinya pengusaha tambang datang ke lokasi tersebut.

“Kita lakukan ini untuk yang kedua kalinya. Dulu pernah kita usir. Tapi kok sekarang datang lagi. Makanya kita tidak mau plang sebelum backhoe itu benar-bernar pergi” ujarnya.

Aksi blokade itu terpaksa dilakukan lantaran para pengusaha tambang ilegal tak pernah mendengar keinginan warga. Untuk menyelesaikan aksi demonstrasi ini, pihak kepolisian melalui Polsek Kretek telah mencari kendaraan pengangkut alat berat. Sehingga warga yang berdemonstrasi bisa segera bisa turun.

Akibat dari aksi itu, Bupati Afif Nurhidayat dan Kapolres Wonosobo AKBP Eko Novan Prasetyo Puspito turun ke lokasi. Sehingga aksi blokade jalan itu berakhir setelah bupati dan kapolres menemui massa. Hingga pukul 10.30 ratusan warga tetap berkumpul. Mereka tetap menunggu kepastian hingga alat berat di lokasi penambangan bisa dipindah. (git/lis)

 

RADARMAGELANG.ID, Wonosobo – Ratusan warga Desa Candiyasan dan Kapencar, Kecamatan Kertek, Kabupaten Wonosobo turun ke jalan. Mereka menolak tambang galian C ilegal. Warga desa menuntut agar alat berat backhoe yang berada di lahan galian dibawa pergi.

Hingga berita ini ditulis, demonstrasi masih berlangsung. Sembari berteriak, warga terdiri dari laki-laki dan perempuan melakukan aksi tersebut. Mereka hanya meminta agar alat berat segera dipindah dari lokasi itu.

“Bakchoe mudhun, backhoe mudhun,” teriak warga sembari melakukan aksi blokade jalan raya Kretek-Temanggung.

Sejak pukul 08.00 warga berkumpul di Dusun Kabelukan. Mereka berbaris melakukan blokade jalan untuk menuntut agar aksinya dengarkan. “Kita siap membuka jalan asal alat berat itu bisa pergi dari lahan,” tegas salah satu warga Candiyasan, Muh Yasin saat diskusi bersama kepolisian.

Akibat blokade jalan itu, warga sempat bersitegang antara kepolisian. Sebab arus lalu lintas di jalan tersebut menjadi tersendat dari kedua arah. Namun warga tetap keukeuh dan gigih untuk tidak membuka blokade sampai alat berat itu pergi.

“Kita tidak mau dan tidak akan pulang pulang sebelum bego belum turun,” jelasnya.

Muhyasin mengatakan keinginan warga hanya satu. Yakni meminta alat berat di lokasi galian C, pergi. Jika hal tersebut dilakukan, warga berjanji akan kembali beraktivitas seperti biasa.

Keinginan Yasin beralasan. Sebab, dengan adanya alat berat di lokasi galian C mengancam kehidupan warga beberapa dusun yang berada di bawah persis lahan galian. Setidaknya ada Dusun Kabelukan, Jurang Jero, Banjaran, Grenjeng di Desa Candiyasan, serta Dusun Sontonayan di Desa Kapencar.

“Kalau ada hujan, desa kita yang pasti terkena dampak. Karena air yang turun tidak ada penahan. Kita khawatir akan terjadi banjir di desa kita,” ungkapnya.

Selain itu, titik galian itu dianggap warga sebagai pusat resapan air. Beberapa sumber air di beberapa dusun yang berada di bawah lokasi penggalian itu dikhawatirkan akan mati jika galian C ada di sekitar itu.

“Jika daerah resapan air itu digali, kita khawatir ada sekitar 10 lebih sumber mata air di wialayah kita akan mati,” jelasnya.

Oleh karena itu, dengan kesadaran bersama warga di wilayah tersebut menggelar demontrasi. Diharapkan adanya aksi ini bisa menjadi yang terakhir kalinya pengusaha tambang datang ke lokasi tersebut.

“Kita lakukan ini untuk yang kedua kalinya. Dulu pernah kita usir. Tapi kok sekarang datang lagi. Makanya kita tidak mau plang sebelum backhoe itu benar-bernar pergi” ujarnya.

Aksi blokade itu terpaksa dilakukan lantaran para pengusaha tambang ilegal tak pernah mendengar keinginan warga. Untuk menyelesaikan aksi demonstrasi ini, pihak kepolisian melalui Polsek Kretek telah mencari kendaraan pengangkut alat berat. Sehingga warga yang berdemonstrasi bisa segera bisa turun.

Akibat dari aksi itu, Bupati Afif Nurhidayat dan Kapolres Wonosobo AKBP Eko Novan Prasetyo Puspito turun ke lokasi. Sehingga aksi blokade jalan itu berakhir setelah bupati dan kapolres menemui massa. Hingga pukul 10.30 ratusan warga tetap berkumpul. Mereka tetap menunggu kepastian hingga alat berat di lokasi penambangan bisa dipindah. (git/lis)

 

Artikel Terkait

POPULER

TERBARU

Enable Notifications OK No thanks