23.4 C
Magelang
Friday, 8 December 2023

Lahan Kritis Wonosobo 36 Ribu Ha

RADARMAGELANG.COM, WONOSOBO – Kerusakan daerah aliran sungai (DAS) kian memprihatinkan. Pasalnya, luasan lahan kritis di Kabupaten Wonosobo sudah mencapai 36 ribu hektare lebih.

“Ini menjadi keprihatinan kita bersama, bahwa kerusakan alam secara nyata telah menghampiri kita,” terang Wakil Bupati Wonosobo Muhammad Albar saat membuka peningkatan kapasitas kemampuan pembibitan bagi organisasi masyarakat dan komunitas. Bertempat di Arboretum Kalianget, Selasa (20/9/2022).

Ia menjelaskan Wonosobo sebagai hulu beberapa DAS yang cukup penting untuk menyuplai air. Seperti Sungai Serayu, Bogowonto, dan Luk Ulo yang saat ini masih menempati posisi strategis sebagai penyangga ketersediaan sumber daya air bagi kabupaten-kabupaten di sekitarnya.

“Oleh karena itu, kelestarian alam patut menjadi prioritas dan perhatikan, untuk memastikan kelestarian sumber air dan ekosistem di sekitarnya,” ujarnya.

Apalagi mengingat lahan kritis di Wonosobo yang pada tahun 2020 sudah mencapai luas 36.482,85 hektare. Itu  terbagi dalam kawasan hutan lindung seluas 2.362,32 hektare. Dan di luar kawasan hutan lindung seluas 34.120,53 hektare.

Albar juga menyampaikan keberadaan lahan kritis akan menyebabkan terganggunya fungsi lahan sebagai media pengatur tata air, perlindungan banjir, dan sedimentasi di wilayah hilir. Lahan kritis juga berdampak pada penurunan fungsi konservasi, fungsi produksi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat.

“Keberadaan lahan kritis yang menjadi ancaman bagi keberlangsungan banyak aspek, hendaknya kita dapat menjadikan pemulihan lahan sebagai pilihan prioritas. Dan penanaman pohon merupakan sebuah langkah yang baik untuk mengawali upaya pemulihan lahan, sehingga pemilihan bibit yang cocok dengan karakteristik lahan menjadi penting,” jelas Albar.

Menurutnya, tidak semua tanaman dapat hidup pada lahan kritis yang minim unsur hara, pohon harus memiliki akar tunjang yang kuat dan dalam. Prosesnya membutuhkan sedikit air, unsur hara, dan merupakan tanaman endemik pada habitatnya.

“Untuk itu, pengetahuan tentang bibit wajib diketahui oleh masyarakat yang akan melaksanakan penanaman pohon, sehingga upaya pemulihan lahan dapat terlaksana secara efektif dan mampu mengembalikan fungsi lahan,” katanya.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Wonosobo Endang Lisdiyaningsih mengatakn kerusakan lingkungan di Wonosobo tidak bisa diselesaikan oleh pemerintah sendiri, akan tetapi membutuhkan dukungan dari semua pihak.

“Makanya pada kegiatan yang diikuti oleh Banser Wonosobo, Pemuda Muhammadiyah, Kwarcab Pramuka, Komisi Remaja Pemuda Gereja Kristen Jawa, pengelola pendakian (basecamp), pengelola arboretum,” ujarnya.

Endang juga menyampaikan melalui peningkatan kapasitas pembibitan bagi ormas dan komunitas ini sangat relevan untuk menumbuhkan kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat. Sebab kolaborasi bersama perlu dilakukan untuk menggelar aksi nyata upaya pemulihan lingkungan di kabupaten Wonosobo.

Pada kesempatan itu juga diserahkan penghargaan bagi tim pembina Kalpataru 2022 yang telah berhasil mengantarkan Kabupaten Wonosobo meraih 3 penghargaan Kalpataru tingkat Provinsi Jawa Tengah. (git/lis)

RADARMAGELANG.COM, WONOSOBO – Kerusakan daerah aliran sungai (DAS) kian memprihatinkan. Pasalnya, luasan lahan kritis di Kabupaten Wonosobo sudah mencapai 36 ribu hektare lebih.

“Ini menjadi keprihatinan kita bersama, bahwa kerusakan alam secara nyata telah menghampiri kita,” terang Wakil Bupati Wonosobo Muhammad Albar saat membuka peningkatan kapasitas kemampuan pembibitan bagi organisasi masyarakat dan komunitas. Bertempat di Arboretum Kalianget, Selasa (20/9/2022).

Ia menjelaskan Wonosobo sebagai hulu beberapa DAS yang cukup penting untuk menyuplai air. Seperti Sungai Serayu, Bogowonto, dan Luk Ulo yang saat ini masih menempati posisi strategis sebagai penyangga ketersediaan sumber daya air bagi kabupaten-kabupaten di sekitarnya.

“Oleh karena itu, kelestarian alam patut menjadi prioritas dan perhatikan, untuk memastikan kelestarian sumber air dan ekosistem di sekitarnya,” ujarnya.

Apalagi mengingat lahan kritis di Wonosobo yang pada tahun 2020 sudah mencapai luas 36.482,85 hektare. Itu  terbagi dalam kawasan hutan lindung seluas 2.362,32 hektare. Dan di luar kawasan hutan lindung seluas 34.120,53 hektare.

Albar juga menyampaikan keberadaan lahan kritis akan menyebabkan terganggunya fungsi lahan sebagai media pengatur tata air, perlindungan banjir, dan sedimentasi di wilayah hilir. Lahan kritis juga berdampak pada penurunan fungsi konservasi, fungsi produksi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat.

“Keberadaan lahan kritis yang menjadi ancaman bagi keberlangsungan banyak aspek, hendaknya kita dapat menjadikan pemulihan lahan sebagai pilihan prioritas. Dan penanaman pohon merupakan sebuah langkah yang baik untuk mengawali upaya pemulihan lahan, sehingga pemilihan bibit yang cocok dengan karakteristik lahan menjadi penting,” jelas Albar.

Menurutnya, tidak semua tanaman dapat hidup pada lahan kritis yang minim unsur hara, pohon harus memiliki akar tunjang yang kuat dan dalam. Prosesnya membutuhkan sedikit air, unsur hara, dan merupakan tanaman endemik pada habitatnya.

“Untuk itu, pengetahuan tentang bibit wajib diketahui oleh masyarakat yang akan melaksanakan penanaman pohon, sehingga upaya pemulihan lahan dapat terlaksana secara efektif dan mampu mengembalikan fungsi lahan,” katanya.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Wonosobo Endang Lisdiyaningsih mengatakn kerusakan lingkungan di Wonosobo tidak bisa diselesaikan oleh pemerintah sendiri, akan tetapi membutuhkan dukungan dari semua pihak.

“Makanya pada kegiatan yang diikuti oleh Banser Wonosobo, Pemuda Muhammadiyah, Kwarcab Pramuka, Komisi Remaja Pemuda Gereja Kristen Jawa, pengelola pendakian (basecamp), pengelola arboretum,” ujarnya.

Endang juga menyampaikan melalui peningkatan kapasitas pembibitan bagi ormas dan komunitas ini sangat relevan untuk menumbuhkan kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat. Sebab kolaborasi bersama perlu dilakukan untuk menggelar aksi nyata upaya pemulihan lingkungan di kabupaten Wonosobo.

Pada kesempatan itu juga diserahkan penghargaan bagi tim pembina Kalpataru 2022 yang telah berhasil mengantarkan Kabupaten Wonosobo meraih 3 penghargaan Kalpataru tingkat Provinsi Jawa Tengah. (git/lis)

Artikel Terkait

POPULER

TERBARU

Enable Notifications OK No thanks