24.3 C
Magelang
Sunday, 10 December 2023

Petani Dapat Kemudahan Bayar Pinjaman saat Panen

RADARMAGELANG.COM, WONOSOBO – Dorongan untuk memajukan sektor pertanian di kabupaten Wonosobo terus usahakan. Salah satunya dengan memberikan kemudahan untuk mengakses permodalan via perbankan bagi petani. Kemudahan itu diberikan dengan pinjaman rendah bunga dengan jaminan bayar saat panen (Yarnen).

Ketua DPRD Kabupaten Wonosobo Eko Prasetyo Heru Wibowo menjelaskan, pertanian masih menjadi salah satu sektor penting penyangga ketahanan ekonomi di Kabupaten Wonosobo. Sebab, mayoritas masyarakat di kota dingin ini masih bergantung pada sektor pertanian untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya.

“Sektor pertanian ini masih menjadi penyumbang terbesar dalam Produk Domestik Bruto (PDB) kita per tahun. Dengan angka sekitar 26 persen lebih. Dan ini mengalahkan sektor-sektor yang lainnya,” terangnya saat dikonfirmasi seusai memberikan sambutan di acara peluncuran program pinjaman saprotan di Lapangan Desa Kalikuning, Kecamatan Kalikajar Kamis (28/7/2022).

Dikatakan, persoalan pertanian masih menjadi hal yang penting. Oleh karena itu kebijakan terkait masalah pertanian harus menjadi skala prioritas bagi pemerintah kabupaten Wonosobo. Termasuk melakukan pemberdayaan bagi para kelompok tani yang tersebar di berbagai wilayah. “Makanya dengan adanya program kredit saprotan tanpa jaminan bayar panen atau yarnen ini saya sangat mendukung. Agar para petani bisa terus berkembang dan maju,” terangnya.

Sebab menurutnya program kredit ini adalah program gotong royong. Maksudnya, program ini akan diberikan dan dicairkan dalam bentuk barang, bukan uang. Dengan skema pemberian bunga rendah dan boleh dibayarkan setelah masa panen dilakukan. “Dengan skema ini mereka tidak harus berpikir sendirian. Karena ada pihak yang akan membantu dari proses hulu ke hilirnya. Inilah yang dimaksud dengan konsep gotong royong itu,” jelasnya.

Sementara, Pimpinan Kantor Cabang Perwakilan (KCP) BNI 46 Kecamatan Kertek, Ricard Simoangkir menjelaskan program ini ditujukan bagi kelompok tani yang ada di Wonosobo. Hal ini dilakukan untuk memberikan pinjaman awal bagi petani dengan bunga rendah. “Jadi mereka hanya akan dibebani bunga bank hanya 0,4 persen dalam setiap masa pinjaman. Yaitu setara apabila petani pinjam Rp 1 juta dalam delapan bulan hanya membayar bunga sebesar Rp 40.000 saja,” terangnya.

Apalagi, model pembayaran program tersebut adalah dengan metode Yarnen. Kreditur dalam hal ini kelompok petani berkewajiban membayar atau melunasi kredit tersebut dalam tempo 8 bulan lamanya. Hal ini dilakukan sesuai dengan akad perjanjian antara pihak BNI ’46 dengan kelompok tani. “Ini setelah kita ketahui estimasinya dengan tempo pembayaran mempertimbangkan masa panen tanaman holtikultura yang rata-rata panen setelah 3 sampai dengan 4 bulan,” katanya.

Perwakilan Kelompok Tani Makmur Jaya asal Desa Kalikuning, Kecamatan Kalikajar Wahno menjelaskan dalam program ini petani mendapatkan kredit berupa barang saja. Barang tersebut merupakan sarana produksi pertanian tidak berupa uang tunai. “Kita harapkan seperti itu karena agar petani lebih produktif mengelola pertanian. Karena kalau turunnya uang akan sangat riskan digunakan untuk hal yang lainnya,” jelasnya. (git/ton)

 

RADARMAGELANG.COM, WONOSOBO – Dorongan untuk memajukan sektor pertanian di kabupaten Wonosobo terus usahakan. Salah satunya dengan memberikan kemudahan untuk mengakses permodalan via perbankan bagi petani. Kemudahan itu diberikan dengan pinjaman rendah bunga dengan jaminan bayar saat panen (Yarnen).

Ketua DPRD Kabupaten Wonosobo Eko Prasetyo Heru Wibowo menjelaskan, pertanian masih menjadi salah satu sektor penting penyangga ketahanan ekonomi di Kabupaten Wonosobo. Sebab, mayoritas masyarakat di kota dingin ini masih bergantung pada sektor pertanian untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya.

“Sektor pertanian ini masih menjadi penyumbang terbesar dalam Produk Domestik Bruto (PDB) kita per tahun. Dengan angka sekitar 26 persen lebih. Dan ini mengalahkan sektor-sektor yang lainnya,” terangnya saat dikonfirmasi seusai memberikan sambutan di acara peluncuran program pinjaman saprotan di Lapangan Desa Kalikuning, Kecamatan Kalikajar Kamis (28/7/2022).

Dikatakan, persoalan pertanian masih menjadi hal yang penting. Oleh karena itu kebijakan terkait masalah pertanian harus menjadi skala prioritas bagi pemerintah kabupaten Wonosobo. Termasuk melakukan pemberdayaan bagi para kelompok tani yang tersebar di berbagai wilayah. “Makanya dengan adanya program kredit saprotan tanpa jaminan bayar panen atau yarnen ini saya sangat mendukung. Agar para petani bisa terus berkembang dan maju,” terangnya.

Sebab menurutnya program kredit ini adalah program gotong royong. Maksudnya, program ini akan diberikan dan dicairkan dalam bentuk barang, bukan uang. Dengan skema pemberian bunga rendah dan boleh dibayarkan setelah masa panen dilakukan. “Dengan skema ini mereka tidak harus berpikir sendirian. Karena ada pihak yang akan membantu dari proses hulu ke hilirnya. Inilah yang dimaksud dengan konsep gotong royong itu,” jelasnya.

Sementara, Pimpinan Kantor Cabang Perwakilan (KCP) BNI 46 Kecamatan Kertek, Ricard Simoangkir menjelaskan program ini ditujukan bagi kelompok tani yang ada di Wonosobo. Hal ini dilakukan untuk memberikan pinjaman awal bagi petani dengan bunga rendah. “Jadi mereka hanya akan dibebani bunga bank hanya 0,4 persen dalam setiap masa pinjaman. Yaitu setara apabila petani pinjam Rp 1 juta dalam delapan bulan hanya membayar bunga sebesar Rp 40.000 saja,” terangnya.

Apalagi, model pembayaran program tersebut adalah dengan metode Yarnen. Kreditur dalam hal ini kelompok petani berkewajiban membayar atau melunasi kredit tersebut dalam tempo 8 bulan lamanya. Hal ini dilakukan sesuai dengan akad perjanjian antara pihak BNI ’46 dengan kelompok tani. “Ini setelah kita ketahui estimasinya dengan tempo pembayaran mempertimbangkan masa panen tanaman holtikultura yang rata-rata panen setelah 3 sampai dengan 4 bulan,” katanya.

Perwakilan Kelompok Tani Makmur Jaya asal Desa Kalikuning, Kecamatan Kalikajar Wahno menjelaskan dalam program ini petani mendapatkan kredit berupa barang saja. Barang tersebut merupakan sarana produksi pertanian tidak berupa uang tunai. “Kita harapkan seperti itu karena agar petani lebih produktif mengelola pertanian. Karena kalau turunnya uang akan sangat riskan digunakan untuk hal yang lainnya,” jelasnya. (git/ton)

 

Artikel Terkait

POPULER

TERBARU

Enable Notifications OK No thanks