RADARMAGELANG.COM Mungkid – Memeriahkan perayaan Waisak 2567 BE/2023, umat Buddha dari berbagai negara yang berasal dari Majelis Umat Nyingma, Sangha Tantrayana, pada Sabtu (3/6) malam melakukan Larung Pelita Borobudur Purnama Sidhi.
Rohaniawan Buddha Lama Rama Santoso Liem menyampaikan, kegiatan ini merupakan salah satu prasarana puja. Jadi pelita di dalam agama Buddha adalah simbol penerangan. “Melarungkan pelita ini memiliki makna untuk menerangi alam, serta sebagai simbol kesejahteraan dan perdamaian dunia,” terang Lama Rama kepada wartawan usai festival berlangsung.
Ia menyampaikan, sebelum dilarungkan pelita ini, dilakukan ritual dan upacara terlebih dahulu. Kemudian ditutup dengan menerbangkan burung merpati. Lama Rama menambahkan, pemilihan Sungai Progo ini karena, merupakan pertemuan di antara sungai-sungai kecil yang ada di sekitar Candi Borobudur. “Dan kita biasanya melarungkan pelita di air yang mengalir,” ucapnya.
Sementara itu, Rara Istiati Wulandari si pawang hujan yang hadir dalam Larung Pelita ini mengaku, juga sangat beruntung bisa ikut serta rangkaian waisak di Candi Borobudur. Rara berharap, di perayaan waisak tahun ini semoga Indonesia tetap kondusif dan selalu menjunjung perdamaian. (rfk/lis)