24.3 C
Magelang
Sunday, 10 December 2023

Naik ke Candi Borobudur Wajib Pakai Upanat

RADARMAGELANG.COM, Mungkid– Semakin banyaknya agenda perayaan hari besar agama Buddha yang dilaksanakan di Candi Borobudur, diyakini dapat membangkitkan ekonomi masyarakat sekitar. Beberapa jenis bisnis baru yang bisa dikembangkan adalah sandal upanat dan bunga sedap malam.

Diketahui, sandal upanat merupakan sandal khusus yang digunakan untuk menaiki struktur  Candi Borobudur. Sandal khusus ini sebagai upaya pelestarian candi, karena dapat meminimalisir keausan batu tangga candi.  Kata upanat sendiri memiliki arti “alas kaki”, merupakan aktualisasi dari relief Karmawibhangga panel 150 pada Candi Borobudur.

Penggunaan upanat ini diwajibkan bagi semua pengunjung yang menginginkan naik ke atas candi. Kewajiban memakai upanat juga diperuntukan bagi umat Buddha yang akan melaksanakan ibadah. Seperti saat pelaksanaan kegiatan Hari Raya Magha Puja pada Sabtu, (4/3/2023), para biksu yang melakukan puja di atas stupa candi tetap mengenakan sandal upanat.

Mulai 1-15 Maret 2023, PT Taman Wisata Candi Borobudur Prambanan dan Ratu Boko (TWC) juga melakukan masa kajian lapangan tertutup dengan  pembatasan pengunjung yang naik ke candi. Kuota per hari 400 orang. Kuota ini akan dinaikkan secara bertahap. Selain itu, pengunjung yang naik ke candi didampingi oleh pemandu wisata.

Pada kesempatan Magha Puja, Direktur Urusan Agama dan Pendidikan Dirjen Bimas Buddha di Kementerian Agama Nyoman Suriadharma mengakui sandal upanat ini sangat bagus. Memiliki keunggulan dari segi bahan dan bentuk. “Bahannya ramah lingkungan, dan diinjakkan di candi terasa nyaman, tidak licin,” ungkapnya pekan lalu.

Ia berpikir, produksi upanat harus diperbesar. Karena ke depan, umat Buddha di seluruh Indonesia bahkan dunia, akan mengunjungi Candi Borobudur untuk melakukan ibadah. Kebutuhan lain umat Buddha dalam prosesi ibadah adalah bunga sedap malam. Ia berharap, masyarakat sekitar Magelang membudidayakan bunga sedap malam.

 

Adi, pengujung asal Tidore, Maluku Utara, mengaku nyaman dengan pembatasan kuota pengunjung yang naik ke atas candi. Meskipun dirinya harus membayar lebih, namun pengalamannya terbayar. Ia bisa menikmati suasana. Karena tidak berdesak-desakan dengan pengunjung lainnya. Bahkan dirinya tidak keberatan dengan tambahan biaya untuk naik ke atas candi.  “Malah lebih bagus. Untuk menjaga candi juga. Kalau ramai, ada peraturan-peraturan yang nggak boleh, tapi malah dilanggar. Sekarang tertib,” akunya.

Adi menunjukkan tote bag yang diberikan oleh petugas Candi Borobudur. Isinya sandal upanat dan jas hujan becak. “Sandalnya bisa memilih sesuai ukuran, saya pilih ukuran 40,” imbuhnya. (put/lis)

 

RADARMAGELANG.COM, Mungkid– Semakin banyaknya agenda perayaan hari besar agama Buddha yang dilaksanakan di Candi Borobudur, diyakini dapat membangkitkan ekonomi masyarakat sekitar. Beberapa jenis bisnis baru yang bisa dikembangkan adalah sandal upanat dan bunga sedap malam.

Diketahui, sandal upanat merupakan sandal khusus yang digunakan untuk menaiki struktur  Candi Borobudur. Sandal khusus ini sebagai upaya pelestarian candi, karena dapat meminimalisir keausan batu tangga candi.  Kata upanat sendiri memiliki arti “alas kaki”, merupakan aktualisasi dari relief Karmawibhangga panel 150 pada Candi Borobudur.

Penggunaan upanat ini diwajibkan bagi semua pengunjung yang menginginkan naik ke atas candi. Kewajiban memakai upanat juga diperuntukan bagi umat Buddha yang akan melaksanakan ibadah. Seperti saat pelaksanaan kegiatan Hari Raya Magha Puja pada Sabtu, (4/3/2023), para biksu yang melakukan puja di atas stupa candi tetap mengenakan sandal upanat.

Mulai 1-15 Maret 2023, PT Taman Wisata Candi Borobudur Prambanan dan Ratu Boko (TWC) juga melakukan masa kajian lapangan tertutup dengan  pembatasan pengunjung yang naik ke candi. Kuota per hari 400 orang. Kuota ini akan dinaikkan secara bertahap. Selain itu, pengunjung yang naik ke candi didampingi oleh pemandu wisata.

Pada kesempatan Magha Puja, Direktur Urusan Agama dan Pendidikan Dirjen Bimas Buddha di Kementerian Agama Nyoman Suriadharma mengakui sandal upanat ini sangat bagus. Memiliki keunggulan dari segi bahan dan bentuk. “Bahannya ramah lingkungan, dan diinjakkan di candi terasa nyaman, tidak licin,” ungkapnya pekan lalu.

Ia berpikir, produksi upanat harus diperbesar. Karena ke depan, umat Buddha di seluruh Indonesia bahkan dunia, akan mengunjungi Candi Borobudur untuk melakukan ibadah. Kebutuhan lain umat Buddha dalam prosesi ibadah adalah bunga sedap malam. Ia berharap, masyarakat sekitar Magelang membudidayakan bunga sedap malam.

 

Adi, pengujung asal Tidore, Maluku Utara, mengaku nyaman dengan pembatasan kuota pengunjung yang naik ke atas candi. Meskipun dirinya harus membayar lebih, namun pengalamannya terbayar. Ia bisa menikmati suasana. Karena tidak berdesak-desakan dengan pengunjung lainnya. Bahkan dirinya tidak keberatan dengan tambahan biaya untuk naik ke atas candi.  “Malah lebih bagus. Untuk menjaga candi juga. Kalau ramai, ada peraturan-peraturan yang nggak boleh, tapi malah dilanggar. Sekarang tertib,” akunya.

Adi menunjukkan tote bag yang diberikan oleh petugas Candi Borobudur. Isinya sandal upanat dan jas hujan becak. “Sandalnya bisa memilih sesuai ukuran, saya pilih ukuran 40,” imbuhnya. (put/lis)

 

Artikel Terkait

POPULER

TERBARU

Enable Notifications OK No thanks