RADARMAGELANG.COM – Polisi terus mengungkap fakta baru dalam kasus pembunuhan satu keluarga di Mertoyudan, Magelang.
Dhio Daffa, pelaku yang juga anak bungsu korban, ternyata merencanakan aksinya sejak 15 November lalu. Itu berarti, sejak perencanaan hingga eksekusi, dia hanya membutuhkan waktu sepuluh hari.
Kronologi baru tersebut dipaparkan Plt Kapolresta Magelang AKBP Mochammad Sajarod Zakun kemarin (1/12).
Menurut dia, Dhio mengaku bahwa rencana meracun ayah, ibu, dan kakaknya muncul pada Selasa (15/11). Dua hari kemudian (Kamis, 17 November), dia membeli arsenik melalui platform online.
Selanjutnya, pada Rabu (23/11), Dhio memulai aksi kejinya. Waktu itu, sasarannya bukan hanya ayah, ibu, dan kakaknya. Pakdenya ternyata juga masuk daftar rencana korban.
’’Jadi, waktu itu dia melakukan percobaan pembunuhan terhadap empat orang,” jelas Sajarod kepada Jawa Pos Radar Semarang.
Dhio mencampur arsenik ke dalam empat gelas minuman es dawet. Lalu, dia membagikan minuman itu kepada ayah, ibu, kakak, dan pakdenya.
’’Namun, ternyata tidak memberikan efek sampai korban meninggal dunia. Calon korbannya hanya mual dan muntah,” terangnya.
Gagal dengan aksi pertama tidak membuat Dhio jera. Dia justru mencari racun yang lebih ampuh. Pilihannya jatuh pada sianida. Pada Jumat (25/11), Dhio membeli sianida melalui toko online.
Kali ini, Dhio sepertinya tak mau mengulangi kegagalannya. Dia memberikan sianida dalam dosis tinggi.
Untuk ibu yang melahirkannya, Dhio memberikan satu sendok teh sianida. Dicampur dalam minuman teh.
Lalu, untuk kakak kandungnya, dia memberikan takaran satu seperempat sendok teh.
Sedangkan dosis untuk ayahnya paling banyak. Yakni, satu setengah sendok teh. Racun mematikan itu dia campur dalam minuman teh hangat dan es kopi yang sering diminum keluarganya setiap pagi.
Sajarod menambahkan, barang bukti zat kimia itu ditemukan polisi di dalam mobil Toyota Innova bernopol K 17 DA. Mobil sewaan tersebut digunakan Dhio untuk mengambil pesanan arsenik dan sianida dari kurir.
Sebagaimana diberitakan, tiga korban meninggal itu adalah Abbas Ashar, 58; Heri Riyani, 54; dan Dhea Chairunnisa, 25. Mereka adalah ayah, ibu, dan kakak perempuan Dhio.
Akibat aksi kejinya tersebut, Dhio dijerat dengan pasal pembunuhan berencana. Ancaman hukumannya penjara seumur hidup atau hukuman mati.
Kepada polisi, Dhio mengaku membunuh keluarganya karena merasa sakit hati. Sebab, dia diminta menjadi tulang punggung ekonomi keluarganya. Namun, keluarga besarnya tetap tak percaya dengan pengakuan tersebut.
’’Sama sekali nggak betul. Dia (Dhio) nggak bekerja kok bisa sebagai tulang punggung, dasarnya apa. Kan cuman untuk pembelaan diri,” ujar Sukoco, kakak pertama Heri Riyani.
Dia bersikukuh menyebut Dhio berbohong. ’’Tetap saya sanggah. Saya tahu persis karena setiap ada apa-apa juga almarhumah sering telepon, kadang datang ke rumah,’’ lanjutnya.
Menurut dia, kendati Dhio memiliki karakter kurang baik, orang tuanya tetap menyayanginya. Mereka selalu memberikan dukungan kepada Dhio.
Pihak keluarga besar kini mencari informasi kemungkinan Dhio mempunyai pinjaman di luar. ’’Yang sekarang masih saya cari, apakah dia punya beban pinjaman di luar atau apa. Saya masih menggali informasi,” tuturnya. (rfk/c7/oni)