23.2 C
Magelang
Saturday, 9 December 2023

BKB Temukan Reruntuhan Candi Berbahan Batu Bata Merah Kuno

RADARMAGELANG.COM, MAGELANG – Balai Konservasi Borobudur (BKB) menemukan reruntuhan yang diduga candi dengan ukuran 16 x 14 meter berbahan batu-bata di Situs Samberan, Tempuran, Kabupaten Magelang. Proses ekskavasi ini telah dilakukan sejak 23 Agustus 2022.

Koordinator Perlindungan BKB Muhammad Taufik mengatakan, Senin (19/9) ini merupakan hari terakhir ekskavasi. Untuk rencana melanjutkan ekskavasi ini, pihaknya berharap jika ada anggaran proses ini akan kembali dilanjutkan.

“Untuk sementara kita stop dulu, insyaallah jika ada anggaran lagi kita akan lakukan ekskavasi lebih masif dan setelah itu akan kita revitalisasi tempat ini menjadi destinasi wisata baru. Dengan tujuan memecah pengunjung di Candi Borobudur dan nanti kita kuatkan disini narasinya,” jelas Taufik kepada wartawan Radar Magelang saat ditemui di lokasi reruntuhan, Senin (19/9).

Reruntuhan candi ini berjarak sekitar empat kilometer dari Candi Borobudur. Tepatnya di Samberan, Tempuran, Kabupaten Magelang. Pada tahun 2019, kata Taufik, BKB telah melakukan ekskavasi dan menemukan empat sudut. Karena bahannya dari batu-bata, untuk melindungi agar tidak rusak maka dibuatlah shelter-shelter.

“Akhirnya saya mengusulkan agar semua dibuka karena sudutnya ketemu. Kita buka sekalian, kita kupas tengahnya. Ternyata ada temuan baru, batu bata yang di tengah-tengah. Jadi kemungkinan reruntuhan candi ini tidak punya bilik (ruangan di dalam candi) ya,” tuturnya.

Sejak 1979 sudah ada di laporan JICA bahwa memang di sini ditemukan salah satu yang diduga candi dari batu bata. Bangunan candi ini menggunakan bata merah setebal 5 cm. Diperkirakan ini semasa dengan Candi Borobudur pada abad ke-7 sampai ke-9. “Berdasarkan laporan dari JICA itu sama kayak Borobudur, abad ke-7 sampai ke-9,” ujarnya.

Taufik menjelaskan di hari terakhir ini, tim ekskavasi berhasil menemukan potongan arca. Dengan ukuran panjang sekitar 16,5 centimeter dan tingginya sembilan centimeter. Sebelumnya pihaknya juga menemukan satu umpak (batu penyangga tiang) lagi. “Sekarang total ada enam umpak yang kita temukan. Ini menambah keyakinan kalau reruntuhan ini ada atapnya berupa kayu,” jelasnya.

Ia menambahkan dalam proses ekskavasi ini penemuan yang paling menarik adalah sebuah arca berbahan perunggu pada Jumat (26/8/2022) lalu. Lokasi penemuan ini berada di sebelah selatan dari reruntuhan candi ini, sedangkan untuk potongan arca yang baru saja ditemukan di sisi barat.

Taufik mengaku sampai saat ini pihaknya masih belum berhasil mengidentifikasi arca perunggu tersebut, karena ada bagian penting yang hilang dan masih belum ditemukan. Bisa jadi arca kuwera, atau arca awalokiteswara. Bahkan bisa saja arca siwa. “Namun yang jelas arca ini merupakan arca dewa, dengan dilihat dari hiasan kepalanya ada jatamakuta yang merupakan mustika untuk dewa,” ungkapnya.

Hingga saat ini pihak BKB juga belum bisa memastikan secara tepat reruntuhan candi ini merupakan peninggalan umat Hindu atau umat Buddha. Namun, Taufik menjelaskan kalau berdasarkan laporan dan berkas penelitian dari Belanda, ini merupakan peninggalan umat Hindu. (rfk/lis)

RADARMAGELANG.COM, MAGELANG – Balai Konservasi Borobudur (BKB) menemukan reruntuhan yang diduga candi dengan ukuran 16 x 14 meter berbahan batu-bata di Situs Samberan, Tempuran, Kabupaten Magelang. Proses ekskavasi ini telah dilakukan sejak 23 Agustus 2022.

Koordinator Perlindungan BKB Muhammad Taufik mengatakan, Senin (19/9) ini merupakan hari terakhir ekskavasi. Untuk rencana melanjutkan ekskavasi ini, pihaknya berharap jika ada anggaran proses ini akan kembali dilanjutkan.

“Untuk sementara kita stop dulu, insyaallah jika ada anggaran lagi kita akan lakukan ekskavasi lebih masif dan setelah itu akan kita revitalisasi tempat ini menjadi destinasi wisata baru. Dengan tujuan memecah pengunjung di Candi Borobudur dan nanti kita kuatkan disini narasinya,” jelas Taufik kepada wartawan Radar Magelang saat ditemui di lokasi reruntuhan, Senin (19/9).

Reruntuhan candi ini berjarak sekitar empat kilometer dari Candi Borobudur. Tepatnya di Samberan, Tempuran, Kabupaten Magelang. Pada tahun 2019, kata Taufik, BKB telah melakukan ekskavasi dan menemukan empat sudut. Karena bahannya dari batu-bata, untuk melindungi agar tidak rusak maka dibuatlah shelter-shelter.

“Akhirnya saya mengusulkan agar semua dibuka karena sudutnya ketemu. Kita buka sekalian, kita kupas tengahnya. Ternyata ada temuan baru, batu bata yang di tengah-tengah. Jadi kemungkinan reruntuhan candi ini tidak punya bilik (ruangan di dalam candi) ya,” tuturnya.

Sejak 1979 sudah ada di laporan JICA bahwa memang di sini ditemukan salah satu yang diduga candi dari batu bata. Bangunan candi ini menggunakan bata merah setebal 5 cm. Diperkirakan ini semasa dengan Candi Borobudur pada abad ke-7 sampai ke-9. “Berdasarkan laporan dari JICA itu sama kayak Borobudur, abad ke-7 sampai ke-9,” ujarnya.

Taufik menjelaskan di hari terakhir ini, tim ekskavasi berhasil menemukan potongan arca. Dengan ukuran panjang sekitar 16,5 centimeter dan tingginya sembilan centimeter. Sebelumnya pihaknya juga menemukan satu umpak (batu penyangga tiang) lagi. “Sekarang total ada enam umpak yang kita temukan. Ini menambah keyakinan kalau reruntuhan ini ada atapnya berupa kayu,” jelasnya.

Ia menambahkan dalam proses ekskavasi ini penemuan yang paling menarik adalah sebuah arca berbahan perunggu pada Jumat (26/8/2022) lalu. Lokasi penemuan ini berada di sebelah selatan dari reruntuhan candi ini, sedangkan untuk potongan arca yang baru saja ditemukan di sisi barat.

Taufik mengaku sampai saat ini pihaknya masih belum berhasil mengidentifikasi arca perunggu tersebut, karena ada bagian penting yang hilang dan masih belum ditemukan. Bisa jadi arca kuwera, atau arca awalokiteswara. Bahkan bisa saja arca siwa. “Namun yang jelas arca ini merupakan arca dewa, dengan dilihat dari hiasan kepalanya ada jatamakuta yang merupakan mustika untuk dewa,” ungkapnya.

Hingga saat ini pihak BKB juga belum bisa memastikan secara tepat reruntuhan candi ini merupakan peninggalan umat Hindu atau umat Buddha. Namun, Taufik menjelaskan kalau berdasarkan laporan dan berkas penelitian dari Belanda, ini merupakan peninggalan umat Hindu. (rfk/lis)

Artikel Terkait

POPULER

TERBARU

Enable Notifications OK No thanks