23.2 C
Magelang
Saturday, 9 December 2023

Perubahan Iklim Ancam Ketahanan Pangan Global

MAGELANG, Radar Magelang.Id – Dekan Fakultas Pertanian Universitas Tidar Magelang Ir. Usman Siswanto menekankan bahwa perubahan iklim mengancam sektor pertanian. Ancaman ini menjadi lebih serius ketika jumlah populasi dunia akan terus tumbuh dan diperkirakan mencapai 9 miliar pada tahun 2050.

Menurutnya dengan bertambahnya populasi berarti bertambah pula kebutuhan pangan. “Hal ini perlu menjadi perhatian kita semua,” jelasnya kepada wartawan usai kuliah umum Sustainable Agriculture in Indonesia & Belarus, kerja sama antara Untidar Belarusia State Agriculture Academy (BSAA), Rabu (23/3/2022) pukul 16.30.

Ia menjelaskan cuaca yang ekstrem dapat mempengaruhi kualitas dan jumlah produksi. Terutama untuk kedelai, gandum, beras dan jagung yang saat ini merupakan dua pertiga dari sumber makanan populasi di dunia. Jika tidak segera ditangani, akan menjadi permasalahan besar bagi ketahanan pangan dunia.

“Penerapan sistem dan produksi yang tepat dapat menjadi solusi seperti sistem tanaman-ternak, budidaya tanaman terpadu, pertanian konservasi, agroforestry, pertanian peka nutrisi, pengelolaan hutan berkelanjutan dan pengelolaan perikanan berkelanjutan,” tambahnya.

Sementara itu, Prof. Tamara Nikolaevna Myslyva, Head of The Department of Geodesy and Photogrammetry, BSAA memaparkan kondisi lahan dan pangan dari negara Belarusia. Dikatakan lahan pertanian di Belarusia 41 persen dari total area, lahan hutan 42 persen, air dan rawa 6 persen serta 11 persen lahan lainnya. Hasil utama pertanian adalah kentang dan gandum serta hasil peternakan meliputi daging sapi dan susu. Rektor Untidar Mukh Arifin mengatakan kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari penandatangan nota kesepahaman beberapa waktu lalu. (rfk/lis)

MAGELANG, Radar Magelang.Id – Dekan Fakultas Pertanian Universitas Tidar Magelang Ir. Usman Siswanto menekankan bahwa perubahan iklim mengancam sektor pertanian. Ancaman ini menjadi lebih serius ketika jumlah populasi dunia akan terus tumbuh dan diperkirakan mencapai 9 miliar pada tahun 2050.

Menurutnya dengan bertambahnya populasi berarti bertambah pula kebutuhan pangan. “Hal ini perlu menjadi perhatian kita semua,” jelasnya kepada wartawan usai kuliah umum Sustainable Agriculture in Indonesia & Belarus, kerja sama antara Untidar Belarusia State Agriculture Academy (BSAA), Rabu (23/3/2022) pukul 16.30.

Ia menjelaskan cuaca yang ekstrem dapat mempengaruhi kualitas dan jumlah produksi. Terutama untuk kedelai, gandum, beras dan jagung yang saat ini merupakan dua pertiga dari sumber makanan populasi di dunia. Jika tidak segera ditangani, akan menjadi permasalahan besar bagi ketahanan pangan dunia.

“Penerapan sistem dan produksi yang tepat dapat menjadi solusi seperti sistem tanaman-ternak, budidaya tanaman terpadu, pertanian konservasi, agroforestry, pertanian peka nutrisi, pengelolaan hutan berkelanjutan dan pengelolaan perikanan berkelanjutan,” tambahnya.

Sementara itu, Prof. Tamara Nikolaevna Myslyva, Head of The Department of Geodesy and Photogrammetry, BSAA memaparkan kondisi lahan dan pangan dari negara Belarusia. Dikatakan lahan pertanian di Belarusia 41 persen dari total area, lahan hutan 42 persen, air dan rawa 6 persen serta 11 persen lahan lainnya. Hasil utama pertanian adalah kentang dan gandum serta hasil peternakan meliputi daging sapi dan susu. Rektor Untidar Mukh Arifin mengatakan kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari penandatangan nota kesepahaman beberapa waktu lalu. (rfk/lis)

Artikel Terkait

POPULER

TERBARU

Enable Notifications OK No thanks