24.3 C
Magelang
Sunday, 10 December 2023

Imlek, Tak Ada Pesta Kembang Api

RADARSEMARANG.ID, Magelang – Warga keturunan Tionghoa di Kota Magelang merayakan tahun baru Imlek 2573 Kongzili di Kelenteng Liong Hok Bio Kota Magelang dengan khidmat dan sederhana.

Terlihat saat pelaksanaan sembahyang tutup tahun (Tik Sik), tutup pintu, dan sembahyang awal tahun yang dilakukan dalam satu rangkaian yang dimulai dari Senin (31/1) pukul 22.00 sampai Selasa (1/2) pukul 00.00 menjadi sembahyang awal tahun. Sejak pukul 21.00 warga sudah mulai berduyun-duyun menuju tempat ibadah Tri Dharma (Khonghucu, Buddha dan Taoisme) tersebut.

Dalam proses sembahyang Tik Sik, umat menyalakan lilin dan membakar hio swa (dupa) yang  mereka persembahkan ke kelenteng yang berdiri sejak tahun 1864 silam itu. Usai sembahyang, umat diberi kesempatan menuliskan doa di atas kertas berwarna kuning dari Hok Tek Cing Sin (Dewa Bumi) untuk menyertakan doa-doanya agar dikabulkan sepanjang tahun yang baru.

Sementara, sebelum malam pergantian tahun sekitar pukul 23.50, pada prosesi sembahyang ditandai dengan penutupan pintu kelenteng. Tradisi tutup pintu ini sebagai symbol menutup lembaran hidup tahun sebelumnya dan membuka dengan semangat baru.

Tepat pukul 00.00 dini hari, Pembina Yayasan Tri Bakti Magelang David Herman Jaya didampingi Ketua Yayasan Tri Bakti Paul Candra Wesi Aji secara simbolis membuka kembali pintu tempat ibadah. Dilanjutkan sembahyang awal tahun.

Namun, ada yang berbeda dengan perayaan Imlek tahun ini, yakni tidak ada penyalaan kembang api bertepatan dengan detik-detik pergantian tahun. Peniadaan pesta kembang api tersebut dilakukan untuk mengurangi kerumunan massa dan bertujuan untuk mencegah penularan Covid-19.

Pembina Yayasan Tri Bakti David Herman Jaya mengatakan sembahyang Tik Sik merupakan sarana melakukan evaluasi. Dan mengucapkan syukur atas apa yang sudah didapatkan di tahun 2021 dan menyambut tahun 2022. “Sembahyang ini untuk menjawab tantangan yang ada. Juga ajang evaluasi perjalanan hidup apa yang sudah kita kerjakan selama satu tahun lalu,” ujarnya.

Menurutnya, filosofi tahun macan air ini manusia memerlukan perjuangan yang keras untuk mencapai harapan tersebut. Hal ini seperti yang digambarkan, kalau harimau itu memang hewan perkasa, namun kalau di air harimau tidak bisa berlari kencang. (rfk/mg4/mg1/lis)

RADARSEMARANG.ID, Magelang – Warga keturunan Tionghoa di Kota Magelang merayakan tahun baru Imlek 2573 Kongzili di Kelenteng Liong Hok Bio Kota Magelang dengan khidmat dan sederhana.

Terlihat saat pelaksanaan sembahyang tutup tahun (Tik Sik), tutup pintu, dan sembahyang awal tahun yang dilakukan dalam satu rangkaian yang dimulai dari Senin (31/1) pukul 22.00 sampai Selasa (1/2) pukul 00.00 menjadi sembahyang awal tahun. Sejak pukul 21.00 warga sudah mulai berduyun-duyun menuju tempat ibadah Tri Dharma (Khonghucu, Buddha dan Taoisme) tersebut.

Dalam proses sembahyang Tik Sik, umat menyalakan lilin dan membakar hio swa (dupa) yang  mereka persembahkan ke kelenteng yang berdiri sejak tahun 1864 silam itu. Usai sembahyang, umat diberi kesempatan menuliskan doa di atas kertas berwarna kuning dari Hok Tek Cing Sin (Dewa Bumi) untuk menyertakan doa-doanya agar dikabulkan sepanjang tahun yang baru.

Sementara, sebelum malam pergantian tahun sekitar pukul 23.50, pada prosesi sembahyang ditandai dengan penutupan pintu kelenteng. Tradisi tutup pintu ini sebagai symbol menutup lembaran hidup tahun sebelumnya dan membuka dengan semangat baru.

Tepat pukul 00.00 dini hari, Pembina Yayasan Tri Bakti Magelang David Herman Jaya didampingi Ketua Yayasan Tri Bakti Paul Candra Wesi Aji secara simbolis membuka kembali pintu tempat ibadah. Dilanjutkan sembahyang awal tahun.

Namun, ada yang berbeda dengan perayaan Imlek tahun ini, yakni tidak ada penyalaan kembang api bertepatan dengan detik-detik pergantian tahun. Peniadaan pesta kembang api tersebut dilakukan untuk mengurangi kerumunan massa dan bertujuan untuk mencegah penularan Covid-19.

Pembina Yayasan Tri Bakti David Herman Jaya mengatakan sembahyang Tik Sik merupakan sarana melakukan evaluasi. Dan mengucapkan syukur atas apa yang sudah didapatkan di tahun 2021 dan menyambut tahun 2022. “Sembahyang ini untuk menjawab tantangan yang ada. Juga ajang evaluasi perjalanan hidup apa yang sudah kita kerjakan selama satu tahun lalu,” ujarnya.

Menurutnya, filosofi tahun macan air ini manusia memerlukan perjuangan yang keras untuk mencapai harapan tersebut. Hal ini seperti yang digambarkan, kalau harimau itu memang hewan perkasa, namun kalau di air harimau tidak bisa berlari kencang. (rfk/mg4/mg1/lis)

Artikel Terkait

POPULER

TERBARU

Enable Notifications OK No thanks