RADARMAGELANG.COM, Temanggung– Menjelang hari raya Idul Adha 1444 Hijriyah, perajin arang di Kabupaten Temanggung kebanjiran order. Akibatnya, banyak pesanan tidak dapat dilayani karena bahan baku kurang.
Perajin arang di Dusun Lungge, Desa Pingit, Kecamatan Pringsurat, Angga Wardani mengatakan, permintaan arang sementara ini meningkat. Peningkatan permintaan sampai 30 persen dari hari biasanya. Kebanyakan pembeli berasal dari Temanggung, Ambarawa, Magelang, dan Wonosobo. Di hari biasa, dia mengirim 6 hingga 8 ton per bulan. Sementara, mendekati Idul Adha meningkat antara 8 sampai 10 ton lebih.
“Tapi untuk sementara permintaan belum bisa terpenuhi. Karena terkendala bahan baku yang susah mencarinya. Terutama untuk pelanggan baru,” katanya kepada RADARMAGELANG.COM.
Menurut dia, banyak permintaan dari pembeli baru untuk kebutuhan Idul Adha. Sementara untuk pelanggan lama, dia masih bisa mengusahakan untuk mencukupinya.
“Proses pembakaran kayu hingga menjadi arang memakan waktu antara 7 sampai 10 hari,” ungkapnya. Angga menjelaskan, untuk membakar kayu menjadi arang, penataan kayu harus benar-benar rapat. Di tempat pembakaran, ada lubang untuk sirkulasi udara. Di situ, ada 2 jenis lubang, yaitu untuk masuknya udara dan keluar. Salah satu kegunaannya untuk mengetahui apabila pembakaran sudah selesai. Yakni, lubang pembakaran yang untuk masuknya udara akan terlihat menyala atau ada apinya. Kemudian, lubang tersebut ditutup agar lubang lainnya juga menyala.
“Ada lubang udara yang kita tutup juga, agar udara tidak keluar berlebihan,” ujarnya.
Sedangkan untuk mengetahui arang sudah jadi, asap akan terlihat bening dan mulai habis. Misalkan hujan, pembakaran tetap aman karena sudah ada terpal yang menutup di atas tempat pembakaran. Di tempat tersebut terdapat 10 pemilik usaha arang, dengan 20 pekerja.
Dia menambahkan, kualitas kayu paling bagus untuk arang adalah kelengkeng. Karena durasi nyala arang lebih lama dan api lebih panas. Untuk kualitas sedang adalah kayu kokosan, duku, rambutan ace, untuk yang paling rendah seperti mahoni, dan sengon. (din/lis)